Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!

My Photo

My Photo

autobiography

Selasa, 20 September 2011

INDONESIA :
Saya lahir 31 Juli 1912, di Brooklyn, NY, anak keempat dan terakhir dan anak pertama dari Sarah Ethel (Landau) dan Jeno Saul Friedman. Orang tua saya lahir di Carpatho-Ruthenia (maka provinsi Austria-Hongaria, kemudian, bagian dari perang antar-Cekoslovakia, dan, saat ini, Uni Soviet). Mereka beremigrasi ke AS pada usia remaja, pertemuan di New York. Ketika saya masih berusia satu tahun, orangtua saya pindah ke Rahway, NJ, sebuah kota kecil sekitar 20 mil dari New York City. Di sana, ibu saya berlari ritel kecil "kering barang" toko, sementara ayahku terlibat dalam suksesi dari kebanyakan usaha gagal "makelar". Pendapatan keluarga itu kecil dan sangat tidak pasti; krisis keuangan adalah teman setia. Namun ada selalu cukup untuk makan, dan suasana keluarga hangat dan mendukung.

Seiring dengan saudara saya, saya menghadiri sekolah dasar dan menengah negeri, lulus dari SMA Rahway pada tahun 1928, tepat sebelum ulang tahun ke-16 saya. Ayahku meninggal selama tahun senior saya di sekolah tinggi, meninggalkan ibuku ditambah dua kakak perempuan untuk mendukung keluarga. Meskipun demikian, itu diambil begitu saja bahwa aku akan menghadiri kuliah, meskipun, juga bahwa aku harus membiayai sendiri.

Aku dianugerahi beasiswa kompetitif untuk Rutgers University (kemudian sebuah universitas yang relatif kecil dan sebagian besar swasta yang menerima bantuan keuangan yang terbatas dari Negara Bagian New Jersey, sebagian besar dalam bentuk penghargaan beasiswa tersebut). Saya lulus dari Rutgers di tahun 1932, pembiayaan sisa biaya kuliah saya oleh campuran biasa menunggu di meja, clerking di toko ritel, usaha kewirausahaan sesekali, dan pendapatan musim panas. Awalnya, saya khusus dalam matematika, berniat untuk menjadi aktuaris, dan pergi sejauh untuk mengambil ujian aktuaria, melewati beberapa tetapi juga beberapa gagal. Tak lama, bagaimanapun, saya menjadi tertarik di bidang ekonomi, dan akhirnya berakhir dengan setara dengan besar di kedua bidang.

Dalam ilmu ekonomi, saya memiliki nasib baik untuk bisa terkena dua laki-laki yang luar biasa: Arthur F. Burns, kemudian mengajar di Rutgers sambil menyelesaikan disertasi doktornya untuk Columbia, dan Homer Jones, mengajar antara mantra pekerjaan pascasarjana di University of Chicago. Arthur Burns berbentuk pemahaman saya tentang riset ekonomi, memperkenalkan aku dengan standar ilmiah tertinggi, dan menjadi pengaruh yang membimbing pada karir saya berikutnya. Homer Jones memperkenalkan saya dengan teori ekonomi ketat, membuat ekonomi menarik dan relevan, dan mendorong saya untuk pergi ke pascasarjana bekerja. Pada rekomendasinya, Chicago Departemen Ekonomi menawarkan beasiswa kuliah. Sebagaimana yang terjadi, saya juga ditawarkan beasiswa oleh Brown University di Matematika Terapan, namun, pada saat itu, aku pasti ditransfer kesetiaan utama saya untuk ekonomi. Arthur Burns dan Homer Jones tetap hari ini di antara teman terdekat dan paling berharga.

Meskipun 1932-33, tahun pertama saya di Chicago, adalah, finansial, tahun saya yang paling sulit, intelektual, membuka dunia baru. Jacob Viner, Frank Knight, Henry Schultz, Lloyd Mints, Henry Simons dan, sama pentingnya, sekelompok mahasiswa pascasarjana yang cemerlang dari seluruh dunia terkena saya untuk suasana intelektual kosmopolitan dan dinamis dari jenis yang saya tidak pernah bermimpi ada. Saya tidak pernah pulih.

Secara pribadi, peristiwa yang paling penting dari tahun itu pertemuan, pemalu ditarik, indah, dan sesama sangat terang mahasiswi ekonomi, Direktur Rose. Kami menikah enam tahun kemudian, ketika depresi kita ketakutan di mana mata pencaharian kami akan datang dari telah hilang, dan, dalam kata-kata dongeng, telah hidup bahagia selamanya. Rose telah menjadi mitra aktif dalam semua pekerjaan profesional saya sejak saat itu.

Berkat persahabatan Henry Schultz dengan Harold Hotelling, saya ditawari persekutuan yang menarik di Columbia untuk tahun berikutnya. Tahun di Columbia melebar wawasan saya lebih jauh. Harold Hotelling lakukan untuk statistik matematika apa yang Yakub telah dilakukan untuk Viner teori ekonomi: mengungkapkan hal itu menjadi suatu keseluruhan yang terintegrasi logis, bukan satu set buku masak-resep. Dia juga memperkenalkan saya pada matematika ekonomi ketat. Wesley C. Mitchell, John M. Clark dan lain terkena saya untuk pendekatan kelembagaan dan empiris dan pandangan teori ekonomi yang berbeda tajam dari pandangan Chicago. Di sini juga, sebuah kelompok yang luar biasa sesama siswa adalah guru yang paling efektif.

Setelah tahun di Columbia, saya kembali ke Chicago, menghabiskan satu tahun sebagai asisten penelitian untuk Henry Schultz yang kemudian menyelesaikan klasik, Teori dan Pengukuran Permintaan. Sama pentingnya, saya membentuk sebuah persahabatan seumur hidup dengan dua sesama siswa, George J. Stigler dan W. Allen Wallis.

Allen pergi pertama ke Washington New Deal. Terutama melalui usahanya, saya mengikuti pada musim panas tahun 1935, bekerja di Komite Sumber Daya Nasional pada desain studi anggaran konsumen besar maka di bawah jalan. Ini adalah salah satu dari dua komponen utama Teori kemudian saya Fungsi Konsumsi.

Yang lain datang dari pekerjaan berikutnya saya - di Biro Riset Ekonomi Nasional, di mana saya pergi pada musim gugur 1937 untuk membantu Simon Kuznets dalam studinya pendapatan profesional. Hasil akhirnya adalah Pendapatan kami bersama-sama diterbitkan dari Praktek Profesional Independen, yang juga menjabat sebagai disertasi doktor saya di Columbia. Bahwa buku selesai dengan 1940, tetapi publikasinya ditunda sampai setelah perang karena kontroversi di antara beberapa direktur Biro tentang kesimpulan kami bahwa kekuatan monopoli profesi medis telah mengangkat substansial penghasilan dokter relatif terhadap dokter gigi. Lebih penting, ilmiah, buku yang memperkenalkan konsep pendapatan permanen dan transitoris.

Katalis dalam menggabungkan pekerjaan saya sebelumnya konsumsi dengan analisis pendapatan dalam pendapatan profesional ke dalam hipotesis pendapatan permanen adalah serangkaian percakapan api unggun di pondok musim panas kami di New Hampshire dengan istri saya dan dua teman kami, Dorothy S. Brady dan Margaret Reid, semuanya pada waktu bekerja pada konsumsi.

Aku menghabiskan 1941-1943 di Departemen Keuangan AS, bekerja pada kebijakan pajak masa perang, dan 1943-1945 di Columbia University di sebuah kelompok yang dipimpin oleh Harold Hotelling dan W. Allen Wallis, bekerja sebagai ahli statistik matematika pada masalah-masalah desain senjata, taktik militer , dan metalurgi percobaan. Kapasitas saya sebagai ahli statistik matematika tidak diragukan lagi mencapai puncaknya pada Hari VE, 1945.

Pada 1945, saya bergabung George Stigler di University of Minnesota, dari mana ia telah cuti. Setelah satu tahun di sana, saya menerima tawaran dari University of Chicago untuk mengajarkan teori ekonomi, posisi dibuka oleh Jacob Viner keberangkatan untuk Princeton. Chicago telah menjadi rumah intelektual saya sejak. Pada sekitar waktu yang sama, Arthur Burns, maka direktur riset di National Bureau, membujuk saya untuk bergabung kembali staf Biro dan bertanggung jawab atas studi mereka tentang peran uang dalam siklus bisnis.

Kombinasi dari Chicago dan Biro telah sangat produktif. Di Chicago, saya mendirikan sebuah "Workshop Uang dan Perbankan". yang telah memungkinkan penelitian moneter kami untuk menjadi tubuh kumulatif dari karya yang banyak memberikan kontribusi, bukan proyek satu orang. Saya telah beruntung peserta, yang termasuk, saya bangga untuk mengatakan, sebagian besar dari semua kontributor utama kebangkitan dalam studi moneter yang telah seperti perkembangan yang mencolok dalam ilmu pengetahuan kita dalam dua dekade terakhir. Di Biro, aku didukung oleh Anna J. Schwartz, yang membawa keahlian seorang sejarawan ekonomi, dan kapasitas yang luar biasa telaten perhatian terhadap detail, untuk melengkapi kecenderungan teoretis saya. Pekerjaan kami pada sejarah dan statistik moneter telah diperkaya dan ditambah oleh studi empiris dan teori perkembangan yang telah tumbuh dari Lokakarya Chicago.

Pada musim gugur 1950, saya menghabiskan seperempat di Paris sebagai konsultan kepada instansi pemerintah AS mengelola Marshall Plan. Tugas utama saya adalah untuk mempelajari Rencana Schuman, pendahulu dari pasar umum. Ini adalah asal muasal ketertarikan saya pada kurs mengambang, karena saya menyimpulkan bahwa pasar umum pasti akan pendiri tanpa kurs mengambang. Esai saya, Kasus untuk Kurs Fleksibel, adalah salah satu produk.

Selama tahun akademik 1953-54, saya adalah seorang Profesor Tamu Fulbright di Gonville & Caius College, Cambridge University. Karena pandangan liberal saya kebijakan yang "ekstrim" oleh standar Cambridge, saya diterima, dan mampu mendapatkan keuntungan dari sangat, kedua kelompok ke ekonomi Cambridge yang tragis dan sangat mendalam dibagi: DH Robertson dan "anti-Keynesian"; Joan Robinson, Richard Kahn dan mayoritas Keynesian.

Dimulai pada awal 1960-an, saya semakin ditarik ke dalam arena publik, melayani pada tahun 1964 sebagai penasihat ekonomi untuk Senator Goldwater dalam pencarian gagal nya untuk presiden, dan, pada tahun 1968, sebagai salah satu komite penasihat ekonomi selama sukses Richard Nixon pencarian. Pada tahun 1966, saya mulai menulis kolom sekali tiga minggu untuk urusan saat ini majalah Newsweek, bergantian dengan Paul Samuelson dan Henry Wallich. Namun, kegiatan ini masyarakat masih menjadi kegemaran kecil - saya telah secara konsisten menolak tawaran posisi penuh waktu di Washington. Minat utama saya terus menjadi karya ilmiah saya.

Pada tahun 1977, saya pensiun dari mengajar aktif di University of Chicago, meskipun mempertahankan hubungan dengan Departemen dan kegiatan penelitiannya. Setelah itu, saya akan terus menghabiskan musim semi dan musim panas bulan di rumah kedua kami di Vermont, di mana saya memiliki akses ke perpustakaan siap di Dartmouth College - dan bulan musim gugur dan musim dingin sebagai Senior Research Fellow di lnstitution Hoover dari Stanford University.
ENGLISH TRANSLATE :
Autobiography
I was born July 31, 1912, in Brooklyn, NY, the fourth and last child and first son of Sarah Ethel (Landau) and Jeno Saul Friedman. My parents were the resource persons born in Carpatho-Ruthenia (then a province of Austria-Hungary; later, part of the inter-war Czechoslovakia, and, currently, of the Soviet Union). They emigrated to the U.S. in Their teens, meeting in New York. When I was a year old, my parents moved to Rahway, NJ, a small town about 20 miles from New York City. There, my mother ran a small retail "dry goods" store, while my father engaged in a succession of Mostly unsuccessful "jobbing" ventures. The family income was small and highly uncertain; financial crisis was a constant companion. Yet there was always enough to eat, and the family atmosphere was warm and supportive.

Along with my sisters, I Attended public elementary and secondary schools, graduating from Rahway High School in 1928, just before my 16th birthday. My father Died During my senior year in high school, leaving my mother plus two older sisters to support the family. Nonetheless, it was taken for granted that i would attend college, though, also, that I would have to finance myself.

I was Awarded a competitive scholarship to Rutgers University (then a Relatively small and predominantly private university receiving limited financial assistance from the State of New Jersey, Mostly in the form of Such scholarship awards). I was graduated from Rutgers in 1932, financing the rest of my college expenses by the usual mixture of waiting on tables, clerking in a retail store, occasional entrepreneurial ventures, and summer earnings. Initially, I specialized in mathematics, intending to Become an actuary, and went so far as to take Actuarial Examinations, passing Several Several but also failing. Shortly, however, I Became interested in economics, and eventually ended with the equivalent of a major in Both Fields.

In economics, i had the good fortune to be exposed to two remarkable men: Arthur F. Burns, then teaching at Rutgers while Completing his doctoral dissertation for Columbia; and Homer Jones, teaching the between spells of graduate work at the University of Chicago. Arthur Burns shaped my understanding of economic research, introduced me to the highest scientific standards, and Became a guiding influence on my subsequent career. Homer Jones introduced me to rigorous economic theory, made economics exciting and relevant, and encouraged me to go on to graduate work. On his recommendation, the Chicago Economics Department Offered me a tuition scholarship. As It Happened, I was also Offered a scholarship by Brown University in Applied Mathematics, but, by That time, i had definitely transferred my primary allegiance to economics. Arthur Burns and Homer Jones today Remain Among my most valued friends and Closest.

1932-33 though, my first year at Chicago, was, financially, my most Difficult year; intellectually, it opened new worlds. Jacob Viner, Frank Knight, Henry Schultz, Lloyd Mints, Henry Simons and, equally Important, a brilliant group of graduate students from all over the world exposed me to a cosmopolitan and vibrant intellectual atmosphere of a kind That I Had Dreamed never existed. I have never recovered.

Personally, the most Important events of That year was meeting a shy, Withdrawn, lovely, and extremely bright fellow economics student, Rose Director. We were married six years later, our Pls Depression Fears of where our livelihood would come from Had been dissipated, and, in the words of the fairy tale, have lived happily ever after. Rose has been an active partner in all my professional work since That time.

Thanks to Henry Schultz's friendship with Harold Hotelling, I was Offered an attractive fellowship at Columbia for the next year. The year at Columbia widened my horizons still Further. Harold Hotelling did for mathematical statistics what Jacob Viner Had done for economic theory: Revealed it to be an integrated logical whole, not a set of cook-book recipes. He also introduced me to rigorous mathematical economics. Wesley C. Mitchell, John M. Clark and others exposed him to an institutional and empirical approach and a view of economic theory That differed sharply from the Chicago view. Here, too, an exceptional group of fellow students the most effective teachers were the resource persons.

After the year at Columbia, I returned to Chicago, spending a year as research assistant to Henry Schultz WHO was then Completing his classic, The Theory and Measurement of Demand. Equally Important, I formed a lifelong friendship with two fellow students, George J. Stigler and W. Allen Wallis.

Allen went first to New Deal Washington. Largely through his Efforts, I Followed in the summer of 1935, working at the National Resources Committee on the design of a large consumer budget study then under way. This was one of the two principal components of my later Theory of the Consumption Function.

The other CAME from my next job - at the National Bureau of Economic Research, where I went in the fall of 1937 to assist Simon Kuznets in his studies of professional income. The end result was our jointly published Incomes from Independent Professional Practice, the which also served as my doctoral dissertation at Columbia. That book was finished by 1940, but its publication was delayed until after the war Because of Controversy Among some Bureau directors about our conclusion That the medical profession's monopoly powers Had substantially raised the incomes of Physicians relative to That of Dentists. More Important, scientifically, that book introduced the concepts of permanent and transitory income.

The catalyst consumption Earlier in combining my work with the income analysis in professional incomes into the permanent income hypothesis was a series of Fireside conversations at our summer cottage in New Hampshire with my wife and two of our friends, Dorothy S. Brady and Margaret Reid, all of Whom were the resource persons at the time working on consumption.

I spent 1941 to 1943 at the U.S. Treasury Department, working on Wartime tax policy, and 1943-45 at Columbia University in a group headed by Harold Hotelling and W. Allen Wallis, working as a mathematical statistician on problems of weapon design, military tactics, and metallurgical experiments. My capacity as a mathematical statistician undoubtedly reached its zenith on VE Day, 1945.

In 1945, I joined George Stigler at the University of Minnesota, from the which he Had been on leave. After one year there, I accepted an offer from the University of Chicago to teach economic theory, a position opened up by Jacob Viner's departure for Princeton. Chicago has been my intellectual home ever since. At about the same time, Arthur Burns, then director of research at the National Bureau, persuaded me to rejoin the Bureau's staff and take responsibility for Their study of the role of money in the business cycle.

The combination of Chicago and the Bureau has been highly productive. At Chicago, I established a "Workshop in Money and Banking". the which has enabled our monetary studies to be a cumulative body of work many have Contributed to the which, rather than a one-man project. I have been Fortunate in its Participants, the WHO include, I am proud to say, a large fraction of all the leading contributors to the revival in monetary studies That has been Such a striking development in our science in the past two Decades. At the Bureau, I was supported by Anna J. Schwartz, an economic WHO Brought Historian's skill, and an incredible capacity for painstaking attention to detail, to supplement my theoretical propensities. Our work on monetary history and statistics has been enriched and supplemented by Both the empirical studies and the theoretical developments That have grown out of the Chicago Workshop.

In the fall of 1950, I spent a quarter in Paris as a consultant to the U.S. governmental agency administering the Marshall Plan. My major assignment was to study the Schuman Plan, the precursor of the common market. This was the origin of my interest in floating exchange rates, since I concluded That a common market would inevitably founder without floating exchange rates. My essay, The Case for Flexible Exchange Rates, was one product.

During the academic year 1953-54, I was a Fulbright Visiting Professor at Gonville & Caius College, Cambridge University. Because my liberal policy views were the resource persons "extreme" by any standards Cambridge, I was acceptable to, and Able greatly to profit from, Both groups into the which Cambridge economics was Tragically and very Deeply Divided: DH Robertson and the "anti-Keynesians"; Joan Robinson, Richard Kahn and the Keynesian majority.

Beginning in the early 1960s, I was increasingly drawn into the public arena, serving in 1964 as an economic adviser to Senator Goldwater in his unsuccessful quest for the Presidency, and, in 1968, as one of a committee of economic Advisers During Richard Nixon's Successful quest. In 1966, I began to write a triweekly column on current affairs for Newsweek magazine, alternating with Paul Samuelson and Henry Wallich. However, these public activities have remained a minor avocation - I have consistently refused offers of full-time positions in Washington. My primary interest Continues to be my scientific work.

In 1977, I Retire from active teaching at the University of Chicago, though retaining a link with the Department and its research activities. Thereafter, I shall continue to Spend the spring and summer months at our second home in Vermont, where I have ready access to the library at Dartmouth College - and autumn and winter months as a Senior Research Fellow at the Hoover lnstitution of Stanford University.
Basic details include:
• Date and place of birth and death
• Family information
• Lifetime accomplishments
• Major events of life
• Effects/impact on society, historical significance
While this information is necessary to your project, these dry facts, on their own, don't really make a very good biography. Once you've found these basics, you'll want to dig a little deeper.
You choose a certain person because you think he or she is interesting, so you certainly don't want to burden your paper with an inventory of boring facts. Your goal is to impress your reader!

My Story

Rabu, 18 Mei 2011


apa sih yang aku pikirin sekarang ? HANYA KULIAH ..
tau nggak milih kuliah sama susahnya kayak milih pacar ! kudu milih yg terbaik buat masa depan . Well , aku rasa sekarang aku udah punya pacar yang MUNGKIN akan menjadi terbaik d kehidupanku :D
apa sih yg d pikirin ortu saat anaknya yg sangat pendiam ini memilih jurusan kedokteran ? untuk masa depan ? oke aku tau itu mungkin yang terbaik tapi coba deh pikir jangan selalau nganggap otak anak selalu muat teori mengenai anatomi ato sebangsanya lah , Its Complicated !
ikut jalur PMDK dan SNAMPTN okee aku sanggup tapi sebuah musibah datang ! aku lupa ngprint salinan data" ny dan alhasil dengan bangga aku d damprat orangtua ! WAOW mengangumkan lho dapet omongan yg super panas (kayak menu sebuah tempat makan junkfood)
apa yg ortu pikirin ? ingin anaknya SEMPURNA ? ooo tidak akan bisa . mereka gatau apa kalo jadi remaja super sulit ! sama sulitnya milih dress yg cocok untuk k promnite oke bahasa ku rada ribet untuk menganalogikan sesuatu hal (tuh khan rumit)
apa yg d pikirin ortu saat wajahku mulai jerawatan ? katanya kurang merawat dili lah apalah bla bla bla .. kalo jerawatan trus kenapa ? ada yaa yg bakal bilang gini "ihh pipit jerawatan udah mau mati ya ?" kalo ada yg bilang kayak gitu aku pastikan hidupnya tidak akan bahagia karena sendalku siap menghantam kepalanya :D
apa yg d pikirin ortu dan mybf saat aku d tuntut untuk jadi DEWASA ? kenapa sih harus ada dewasa ? kenapa gabole nangis ? kenapa gabole pake celana pendek ?
apa sih itu ? aturan darimana sih ? aku bisa DEWASA kok tapi bukannya sok dewasa ! kenapa sih gamau nerima aku ADANYA APA ? 18 tahun harus bisa masak gitu ?
ampunn deh soal kedewasaan aku gamau ikutin semua peraturan macam begituu ,,
1 hal ! jadi remaja itu SUSAH .,
kadang aku pengen banged balik lagi ke dunia anak-anak saat melakukan kesalahan komentar mereka cuman "namanya juga anak-anak" coba sekarang ? bisa d tebak bukan kawan ? matilah kamuuu deh ...
saranku cuman SABAR ? hahahhaha :D gak berguna khan ?
makanya aku benci kata itu , kalo aja sabar udah nyelesain semua problema mungkin hidupku bakal bahagia :D
intinya adalah , jalanin aja deh mau kayak gimana jangan pasrah terhadap takdir (manja banged pasrah kayak gaada perlawanan sama nasib)
untuk indo lebih lanjut hubungin psikiater saja kalo otakmu udah miring , kalo ga punya duit mending lo k laut deh (hehehe)
yahh apa yang ada d depanmu sekarang jalanin, kalo stres lakuin apa yg kamu suka
misalnya :
1. jungkir balik
(tidak aku sarankan takutnya cidera)
2. acak-acak kamar
(kalo mamah kamu resek mending gausah karena ujung"nya kamu juga harus rapiin tuh kamar)
3. NANGIS
oke boleh tapi jangan keras-keras yaa :) khan udah gede masa nangis sih . satu lagi kalo mau nangis mending bawa tissu biar ga muncrat kemana" :D
4. pergi k pantai
boleh aja sih melepas sesal d pantai tapi pastiin kamu bukan orang yg cepet ketiduran
sumpah angin pantai bikin ngantuk , ga lucu donk kalo kamu kebangun tiba-tiba udah pagi aja :D
5. kurung diri d kamar
bagus juga nih tapi pastiin bawa makanan ya ,

oke REMAJA tanpa OMELAN , REMAJA tanpa MASALAH emang wajar .
sekarang harusnya kita menyikapi kayak gimana ,
menjalaninya saja dengan iklas (walaupun saya sendiri tidak bisa iklas)
pokoknya hadapin ajalah , suatu saat nanti bakal ada pemecahannya (pasrah juga ujung"nya)
terkadang harus ada cerita seperti ini untuk membuat kita merenung apa yang salah dengan hidup kita :D
ganbatte kudasai ,,,,

sii mungil di dunia air !

Sabtu, 30 Januari 2010


Penemuan spesies ikan yang diyakini sebagai ikan terkecil di dunia diumumkan oleh ilmuan Eropa dan Singapura. Ikan dengan nama ilmiah Peadocypri progenetica yang meliki hubungan kekerabatan dengan ikan Gurame ini ditemukan pada lahan gambut Sumatra. Ikan tersebut juga memiliki tubuh yang transparan dan hidup pada lahan gambut yang memiliki kadar asam yang sangat tinggi. Kadar pH air lahan gambut bisa sampai pH3 atau kira-kira setara dengan apel asam. Ikan tersebut memiliki panjang dari ujung sampai mulut hanya 7,9 mm. Jadi, selain sebagai ikan terkecil di dunia, ikan ini juga layak mendapat gelar vertebrata terkecil di dunia.
Rekor ikan terkecil di dunia yang tercatat selama ini adalah ikan cebol Trimmatom nanus yang memiliki panjang 8 mm.

Kanker Paru-Paru


Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok.
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru.
Lebih dari 90% kanker paru-paru berawal dari bronki (saluran udara besar yang masuk ke paru-paru), kanker ini disebut karsinoma bronkogenik, yang terdiri dari:
1. Karsinoma sel skuamosa
2. Karsinoma sel kecil atau karsinoma sel gandum
3. Karsinoma sel besar
4. Adenokarsinoma
Karsinoma sel alveolar berasal dari alveoli di dalam paru-paru. Kanker ini bisa merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru.
Tumor paru-paru yang lebih jarang terjadi adalah:
1. Adenoma (bisa ganas atau jinak)
2. Hamartoma kondromatous (jinak)
3. Sarkoma (ganas)
Limfoma merupakan kanker dari sistem getah bening, yang bisa berasal dari paru-paru atau merupakan penyebaran dari organ lain. Banyak kanker yang berasal dari tempat lain menyebar ke paru-paru. Biasanya kanker ini berasal dari payudara, usus besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah zakar, tulang dan kulit.
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar resiko untuk menderita kanker paru-paru.
Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok.
Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga.
Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis.
Gejala kanker paru
Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah:
1. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat.
2. Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak.
3. Napas sesak dan pendek-pendek.
4. Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas.
5. Kelelahan kronis
6. Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
7. Suara serak/parau.
8. Pembengkakan di wajah atau leher.
Gejala pada kanker paru umumnya tidak terlalu kentara, sehingga kebanyakan penderita kanker paru yang mencari bantuan medis telah berada dalam stadium lanjut. Kasusk-kasus stadium dini/ awal sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.

Si Pembunuh Wanita !!!!

Rabu, 27 Januari 2010


Kanker Serviks
Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker serviks atau kanker leher rahim ini. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang paling umum di dunia.
Di Indonesia, setiap satu jam, satu wanita meninggal karena kanker serviks
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi ini merupakan faktor risiko utama kanker leher rahim. Setiap tahun, ratusan ribu kasus HPV terdiagnosis di dunia dan ribuan wanita meninggal karena kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi itu. Mengingat fakta yang mengerikan ini, maka berbagai tindakan pencegahan dan pengobatan telah dibuat untuk mengatasi kanker serviks atau kanker leher rahim.
Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi di bagian organ reproduksi seorang wanita. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah bawah antara vagina dan rahim seorang wanita. Di bagian inilah tempat terjadi dan tumbuhnya kanker serviks. Apa penyebab kanker serviks atau kanker leher rahim? Bagaimana cara pencegahannya? Serta bagaimana cara mengatasinya jika sudah terinfeksi HPV?

HPV
Kanker serviks disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) atau virus papiloma manusia. HPV menimbulkan kutil pada pria maupun wanita, termasuk kutil pada kelamin, yang disebut kondiloma akuminatum. Hanya beberapa saja dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker. Kanker serviks atau kanker leher rahim bisa terjadi jika terjadi infeksi yang tidak sembuh-sembuh untuk waktu lama. Sebaliknya, kebanyakan infeksi HPV akan hilang sendiri, teratasi oleh sistem kekebalan tubuh.

Penyebab dan Gejala Kanker Serviks
Kanker serviks menyerang daerah leher rahim atau serviks yang disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang tidak sembuh dalam waktu lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak terlalu kelihatan pada stadium dini, itulah sebabnya kanker serviks yang dimulai dari infeksi HPV dianggap sebagai "The Silent Killer".
Beberapa gejala bisa diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV. Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini. Selain itu, adanya cairan kekuningan yang berbau di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV. Virus ini dapat menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.
Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital, virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim Anda. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah ke closet. Bila Anda menggunakannya tanpa membersihkannya, bisa saja virus kemudian berpindah ke daerah genital Anda.
Buruknya gaya hidup seseorang dapat menjadi penunjang meningkatnya jumlah penderita kanker ini. Kebiasaan merokok, kurang mengkonsumsi vitamin C, vitamin E dan asam folat dapat menjadi penyebabnya. Jika mengkonsumsi makanan bergizi akan membuat daya tahan tubuh meningkat dan dapat mengusir virus HPV.
Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif berhubungan seks sejak usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks dengan pria yang suka berganti pasangan. Faktor penyebab lainnya adalah menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama atau berasal dari keluarga yang memiliki riwayat penyakit kanker.
Sering kali, pria yang tidak menunjukkan gejala terinfeksi HPV itulah yang menularkannya kepada pasangannya. Seorang pria yang melakukan hubungan seks dengan seorang wanita yang menderita kanker serviks, akan menjadi media pembawa virus ini. Selanjutnya, saat pria ini melakukan hubungan seks dengan istrinya, virus tadi dapat berpindah kepada istrinya dan menginfeksinya.

Deteksi Kanker Serviks
Bagaimana cara mendeteksi bahwa seorang wanita terinfeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks? Gejala seseorang terinfeksi HPV memang tidak terlihat dan tidak mudah diamati. Cara paling mudah untuk mengetahuinya dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim. Pemeriksaan ini saat ini populer dengan nama Pap smear atau Papanicolaou smear yang diambil dari nama dokter Yunani yang menemukan metode ini yaitu George N. Papanicolaou. Namun, ada juga berbagai metode lainnya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan kanker serviks seperti berikut:
• IVA
IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.
• Pap smear
Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.
• Thin prep
Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.
• Kolposkopi
Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi — pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh — dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai.

Mengobati Kanker Serviks
Jika terinfeksi HPV, jangan cemas, karena saat ini tersedia berbagai cara pengobatan yang dapat mengendalikan infeksi HPV. Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV. Cara lainnya adalah dengan menyingkirkan bagian yang rusak atau terinfeksi dengan pembedahan listrik, pembedahan laser, atau cryosurgery (membuang jaringan abnormal dengan pembekuan).
Jika kanker serviks sudah sampai ke stadium lanjut, maka akan dilakukan terapi kemoterapi. Pada beberapa kasus yang parah mungkin juga dilakukan histerektomi yaitu operasi pengangkatan rahim atau kandungan secara total. Tujuannya untuk membuang sel-sel kanker serviks yang sudah berkembang pada tubuh.
Namun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena itu, bagaimana cara mencegah terinfeksi HPV dan kanker serviks? Berikut ini beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah kanker serviks.

Mencegah Kanker Serviks
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
• Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
• Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
• Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
• Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
• Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
• Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
• Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
• Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
• Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.

Manfaatkan Kotoran Yang Terbuang Untuk Menanggulangi Krisis Energi

Krisis energi adalah kekurangan (atau peningkatan harga) dalam persediaan sumber daya energi ke ekonomi. Biasanya menunjuk ke kekurangan minyak bumi, listrik, atau sumber daya alam lainnya. Krisis ini memiliki akibat pada ekonomi, dengan banyak masalah disebabkan oleh krisis energi dalam beberapa bentuk. Terutama, kenaikan biaya produksi listrik, yang menyebabkan naiknya biaya produksi.
Penelitian untuk mengubah kotoran manusia menjadi sumber energi sudah dicanangkan sejak tahun 2000 oleh para peneliti di Thailand. Mereka membangun sebuah reaktor khusus yang mengubah hasil sekresi manusia menjadi bahan bakar berkualitas tinggi. Walaupun proses tersebut masih tergolong sangat mahal, mereka optimis biofuel ini akan mudah diperoleh di masa depan seperti penggunaan bahan bakar minyak saat ini.
Di tahun 2008 ini, optimisme mereka mulai menjadi kenyataan. San Antonio, sebuah kota di Amerika Serikat, untuk pertama kalinya mencanangkan proyek dalam skala kota untuk memanen gas methane dari kotoran manusia dan mengubahnya menjadi bahan bakar yang aman bagi lingkungan.
San Antonio memproduksi sekitar 140.000 ton per tahun substansi yang dikenal lebih halus dengan nama “biosolid”, yang dapat diproses menjadi gas alam, kata Steve Clouse, chief operating officer dari sistem pengairan kota San Antonio. Rencananya, kerjasama dengan Ameresco Inc ini akan mengubah biosolid di San Antonio menjadi sekitar 1,5 juta kaki kubik (sekitar 42.475,2699 meter kubik) setiap harinya. Gas methane, sebagai residual dari kotoran manusia dan sampah organik lainnya, adalah komponen terpenting dari gas alam yang digunakan untuk bahan bakar tungku, pembangkit listrik, dan generator berbasis pembakaran lainnya.
Beberapa komunitas telah mencanangkan program yang sama dalam skala kecil, namun San Antonio adalah program pengkonversian gas metan pertama dalam skala besar sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik.
Bersamaan dengan kerjasama ini, 90 persen dari material yang diperoleh dari rumah tangga di San Antonio akan di daur ulang. Kandungan airnya akan digunakan sebagai irigasi, kandungan solidnya digunakan sebagai pupuk kompos, dan sekarang kandungan gasnya digunakan untuk bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Semua kandungan dari sampah organik kini mulai dapat digunakan secara komersil dan diperoleh secara ekonomis.
Pengolahan Kotoran Manusia sebagai Energi Alternatif.
Teknologi biogas, sebenarnya tidak hanya dari kotoran sapi. Lebih dari itu, kotoran manusia alias tinja, nyatanya bisa dioptimalkan sebagai biogas. Kalau saja kepengurusan yang terlibat dalam Sanimas (Sanitasi Masyarakat) bisa berjalan optimal, sudah barang tentu masyarakat sekitarnya sudah bisa memanfaatkan bahan alternatif pengganti minyak tanah dan elpiji itu.
Sistem kerjanya berawal dari septic tank yang sudah disediakan, nantinya di ujung paling atas tong atau ruang hampa udara, diberi semacam slang yang bisa dimanfaatkan sebagai pengatur keluar biogas.
Dari pengatur inilah, kemudian diberi pipa penyalur dan ditambah semacam spedo untuk pengatur besar-kecilnya biogas. Lalu, diteruskan ke kompor gas layaknya menyambungkan tabung elpiji ke kompor gas.
Sebenarnya, , kalau pemanfaatan biogas tinja ini sukses, setiap warga bisa memproduksi sendiri. Yang menjadi kendala ialah sarana yang dibutuhkan hanya tempat penyimpanan septic tank, pembuang tinja dengan terbuangnya air di kamar mandi dilakukan pemisahan serta lokasi pengaturan keluar biogasnya.
Jadi, sisa pembuangan air di kamar mandi dengan tinja, itu harus berlainan jalur dengan septic tank. Sementara tempat keluarnya biogas, juga berada di luar ruangan. Dengan pertimbangan, bau biogas yang keluar. Akan lebih bagus, kalau bagian atasnya pengatur keluar biogas, diberi endapan air agar bau tidak begitu menyengat
Dengan begitu, limbah yang terbuang dapat dimanfaatkan agar menjadi sumber energi yang bermanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Tidak hanya itu, penghematan bahan bakar juga dapat berjalan dengan baik. Sehingga kelangkaan dapat diatasi.

Kandungan Kotoran Manusia.
Tinja adalah produk buangan saluran pencernaan yang dikeluarkan melalui anus (atau kloaka). Bau khas dari tinja disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol. Senyawa ini merupakan senyawa yang mengandung Belerang dan juga gas hidrogen sulfida. Selain itu, bau tinja yang kita keluarkan juga dipengaruhi oleh asupan makanan.
Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton).
Tinja mengandung materi organik sebagian merupakan sisa dan ampas makanan yang tidak tercerna, ia dapat membentuk karbohidrat, dapat pula berupa protein, enzim, lemak , mikroba, dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BOD5.Kemudian tinja juga mengandung telur cacing, seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telur-telur cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut seseorang, sebut saja cacing keremi, cacing cambuk, cacing tambang, serta cacing gelang.
Kandungan lain tinja adalah nutrien, umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisa-sisa protien dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk solfat. satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 mg dan fosfat seberat 30 mg.

Sosok "Alois Alzeimer"


Aloiz Alzeimer seorang ahli neuropatologi dan ahli jiwa berkebangsaan Jerman yang menemukan penyakit yang sekarang dikenal dengan nama penyakit Alzeimer, yaitu penyakit pikun yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pada otak terutama pada bagian korteks. Sosok Alzheimer lahir di sebuah kota kecil di Bavaria tepatnya wilayah yang bernama Markbeit. Setahun kemudian, Alzeimer menjadi staf di City Mental Asylum (Statische Irrenanstalt) sekaligus melanjutkan pendidikan sebagai psikiater dan memutuskan untuk memperdalam ilmu dalam bidang neuropatologi. Alzeimer merupakan seorang pekerja laboratorium yang sangat hati-hati dan berdedikasi. Semua hasil pengamatan terhadap pasiennya, akan di buktikan secara histologi. Enam tahun kemudian, Dr. Alzeimer mewawancai seorang pasien bernama Auguste Deter yang berusia 51 tahun. Berdasarkan hasil wawancaranya, Alzeimer menyatakan bahwa Auguste menderita amnestic writing disorder. Tidak lama kemudian setelah Auguste wafat, Alzeimer memutuskan untuk memeriksa Auguste dari sudut pandang anatomi dan neuropatologi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap otak Auguste, dan di ketahui bahwa terjadi ketidaknormalan pada otak terutama pada bagian korteks dan neurofibril. Hasil penelitian tersebut merupakan awal dari ratusan penelitian lanjutan mengenai penyakit yang belum diketahui namanya pada saat itu. Sebagai seorang yang pertama kali menaruh perhatian dan melakukan penelitian terhadap penyakit tersebut, nama Alzeimer diabadikan sebagai nama penyakit baru tersebut. Sekarang diagnosa terhadap penyakit Alzeimer masih menggunakan metode sama seperti yang digunakan oleh Dr. Alzeimer pada tahun 1906. Alzeimer akhirnya wafat pada tahun 1915 di Breslau (sekarang Wroclaw Polandia ) dalam usia 51 tahun, tiga tahun sebelum kematiannya Raja Wilhelm II dari Prussia menunjuknya sebagai profesor di bidang kejiwaan di Universitas Breslau.
 
Luffy Stretching Arms